Tuesday, May 27, 2008
DUCK IN THE LAND, DUCK IN THE WATER
DUCK IN THE LAND, DUCK IN THE WATER
Terkadang kita merenung, faktor apakah sebenarnya yang menentukan kesuksesan seseorang dalam hidup ini?
Kita pasti sudah sering mendengar, bahkan diindoktrinasi secara keras oleh orang tua, guru, para senior dan lain-lain, bahwa kesuksesan hidup harus dicapai dengan kerja keras serta pengorbanan.
Bersakit-sakit lebih dahulu, bersenang-senang kemudian..
Tiada hasil tanpa pengorbanan..
No pain, no gain..
Kalimat-kalimat seperti itu boleh dikatakan sudah menjadi konsumsi kita sehari-hari. Namun mengapa yang terjadi sejauh ini, seakan tidak pernah selaras dengannya? Jangankan sukses dan bersenang-senang, untuk mencukupi hidup sehari-hari pun rasanya sudah setengah mati.
Banyak dari kita sudah belasan bahkan puluhan tahun menjalani kehidupan yang penuh kesakitan dan pengorbanan ini. Pengorbanan fisik, pengorbanan finansial atau pun pengorbanan perasaan, tidak kurang-kurang kita berikan demi meraih kebahagiaan hidup yang kita dambakan beserta keluarga. Hasilnya? Tidak ada yang signifikan.. semua serasa jalan di tempat saja..
Saya jadi teringat akan petuah seorang guru motivasi yang pernah mengajar saya pada tahun 1986 dan 1987, lebih dari 20 tahun yang lalu. Beliau orang Singapura, namanya David Chia. Dalam salah satu sesi pelatihannya, David memperkenalkan sebuah analogi yang dinamakan “DUCK IN THE LAND, DUCK IN THE WATER” atau “Bebek Di Atas Tanah, Bebek Di Dalam Air”.
Apa urusan kita dengan bebek?
Bebek merupakan salah satu jenis binatang yang mendapat berkah Tuhan, sehingga ia bisa berjalan dan berlari di atas tanah, dan dapat pula berenang-renang di atas air. Namun demikian coba perhatikan, dari dua tempat itu, di manakah bebek tampak paling bahagia?
David menjelaskan bahwa meski bebek mampu dan tidak bermasalah untuk berkiprah di atas tanah, namun puncak kebahagiaan hewan ini justru ketika berenang-renang di atas air. Di atas airlah seekor bebek akan merasa bebas sebebas-bebasnya, bercengkerama dan berselancar ke sana-ke mari sambil membersihkan bulu-bulu sayapnya yang indah, dan bersikap seakan seisi dunia menjadi paradiso nan indah ceria baginya.
Fenomena bebek ini menjadi referensi bahwa banyak orang di antara kita yang selama bertahun-tahun menjalani kehidupan bagai “DUCK IN THE LAND”, atau bebek yang berjalan di atas tanah. Kenapa?
Karena mereka telah menjalani pengorbanan yang begitu berat demi membangun kehidupan, dengan jalan bekerja di bidang-bidang yang tidak disukai. Bekerja di suatu tempat di mana kreativitas tidak dapat berkembang. Atau bekerja dengan gaji yang tidak mencukupi, namun tidak pernah berani angkat kaki guna mencari peluang yang lebih baik. Dan semua itu, dengan penuh penderitaan dijalani selama bertahun-tahun tanpa henti.
Kenapa mereka seakan tidak pernah berusaha untuk berontak dari keadaan status quo, guna mencapai keadaan yang lebih berbahagia seperti layaknya “DUCK IN THE WATER”?
Sebab, mereka belum menyadari bahwa jalan ke arah itu ada. Dan bahwa jalan bahagia itu tidak perlu ditempuh dengan penuh rasa sakit serta derita. Dan juga bahwa dunia ini sesungguhnya tidaklah sesuram yag mereka sangka. Tuhan sudah memberikan komposisi yang sama baik bagi penderitaan, mau pun bagi kebahagiaan. Dan Dia sudah menyerahkan sepenuhnya kepada manusia, bagian mana yang akan dipilih. Penderitaankah, atau kebahagian?
Kehidupan memang hanya masalah pilihan..
Nah, lebih lanjut David memberikan penjelasan bahwa untuk sukses menemukan kebahagiaan, ada sebuah fomula yang mengatakan: “Kesuksesan terjadi pada saat kekuatan menemukan tempatnya yang sesuai..”! Ini juga yang menjadi analogi: “DUCK IN THE WATER”.. sebagaimana seekor bebek yang memiliki kekuatan untuk berenang-renang, bertemu dengan air telaga yang sejuk dan jernih..
Kalau seekor bebek secara naluriah sadar akan kekuatannya dalam hal berenang di atas air, dapatkah kita menyadari kekuatan apa yang kita miliki agar bisa mengarahkannya pada situasi lingkungan yang sesuai?
Andaikata pencarian tentang kekuatan apa yang kita miliki terasa sulit, ada panduan yang mudah. Yaitu, tinggalkan aktivitas kita yang sekarang hanya memberi penderitaan, dan temukan bidang pekerjaan yang kita sukai. Kalau perlu, jika kita sekarang seorang karyawan, jadilah usahawan. Perdalam kompetensi kita di bidang tersebut, cermati munculnya kesempatan, rebut peluang dan jadilah raja di sana.
Semoga kita semua menjadi “DUCK IN THE WATER”..!
Rusman Hakim
Pengamat Kewirausahaan
Profec’s Entrepreneurial Leadership Center
E-mail: rusman@gacerindo.com
Portal: http://www.gacerindo.com
Blog: http://rusmanhakim.blogspot.com
Mobile: 0816.144.2792
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment