Sunday, November 12, 2006

BIZMART YANG SAYA LIHAT

BIZMART YANG SAYA LIHAT

Seperti yang telah dicanangkan via internet, acara “Kopi Darat” ke-IV milis Bisnis-Smart ternyata jadi dilaksanakan. Meski ditandai dengan berbagai “silang-pendapat” serta perubahan tempat, Kopdar akhirnya berjalan mulus dan cukup mengesankan.

Acara yang dihadiri lebih dari 20 orang itu, digelar pada hari Sabtu 11 November 2006 dengan mengambil lokasi di kafe “Bukafe” Jalan Duren Tiga Raya, Jakarta Selatan. Hadir antara lain, para aktivis serta petinggi milis seperti Anton Witono, Rio Nasution, Iwan, Roesmiyati, Eko dan tentu saja tidak ketinggalan “bos” Bisnis Smart, penulis buku “Cara Brilian Menjadi Karyawan Beromset Miliaran” (CBMKBM), Masbukhin Pradhana.

Acara-acara yang diagendakan pada acara tersebut secara berturut-turut setelah dibuka oleh panitia, adalah presentasi tentang masalah “Branding”, dibawakan oleh Rio Nasution, dilanjutkan dengan paparan mengenai “Menguak Daerah Abu-Abu antara Bisnis dan Wirausaha” oleh Rusman Hakim, dan dilanjutkan oleh Masbukhin Pradhana dengan mengambil acuan dari materi yang dibawakan oleh 2 pembicara sebelumnya.

Setelah makan siang, Kopdar dilanjutkan lagi dengan presentasi tentang pembentukan Koperasi Bizmart, lengkap dengan jadwal kerja beberapa bulan ke depan dari unit operasional Bizmart yang masih embrionik tersebut. Berbicara dalam sesi ini Stephanus Kurnianto dengan “stage-act” cukup mengesankan.

Agenda dilanjutkan lagi dengan sesi tanya-jawab, di mana para hadirin dapat melontarkan berbagai pertanyaan kepada para pembicara seputar masalah-masalah kewirausahaan. Dan terakhir, semua hadirin dilibatkan dalam acara ramah-tamah, “door-prize”, serta foto bersama.

Ada hal yang cukup mengesankan dalam Kopi Darat Ke-IV ini, yaitu suasana kebersamaan yang sangat kental di antara sesama anggota milis. Sebagian besar peserta kelihatan ceria dan penuh senyuman. Di Sabtu pagi yang cerah itu, suasana kafe “Bukafe” seakan bertambah segar dengan senyum ramah serta canda-tawa para member milis Bisnis-Smart.

Hal lain yang juga mengesankan adalah partisipasi yang tinggi dari beberapa wirausahawan. Meski masih dalam rangka promosi produknya, inisiatif mereka dalam membagi-bagikan produk, patut diacungi jempol. Tampak antara lain Isdiyanto, Pemimpin Umum Majalah “Wirausaha+Keuangan” yang membagikan puluhan eksemplar majalah, Roesmiyati yang menghadiahkan voucher makan gratis di gerai “Bakmi Patriot” miliknya, Masbukhin yang memberikan “rabat” pagi penjualan buku karyanya sendiri “CBMKBM”, serta beberapa orang lagi dengan kontribusinya masing-masing.

Secara keseluruhan, acara Kopi Darat IV milis Bisnis Smart ini cukup sukses, dan kita perlu angkat topi atas hasil kerja panitia yang telah bekerja keras sejak beberapa waktu sebelumnya.

Namun demikian, ada juga satu hal yang kiranya perlu menjadi masukan bagi para pengelola kelompok “netter” yang anggotanya sudah hampir mencapai 1000 orang ini. Menurut pengamatan, ada lebih kurang 30% dari keseluruhan audiens yang tampaknya agak kesulitan memperlihatkan kebebasan gerak, kebebasan berbicara serta kebebasan berkiprah di antara sekian banyak hadirin lainnya.

Orang-orang ini tampak begitu diam, nyaris tanpa ekspresi. Meski terlihat mendengarkan dengan baik setiap materi pembicaraan dan juga memperhatikan dengan seksama apa yang terjadi di ruang pertemuan, namun terkesan mereka rikuh dan sangat pasif dalam berinteraksi dengan sekelilingnya.

Hal seperti ini tampak berbeda dengan apa yang biasa kita temui di dalam pertemuan-pertemuan sejenis, yang diselenggarakan oleh kelompok-kelompok MLM (Multi Level Marketing}, seperti misalnya CNI atau Amway.

Dalam pertemuan-pertemuan MLM, nyaris 95% audiens berekspresi dengan begitu bebas dan sangat antusias. Sedemikian antusiasnya, sehingga walau pun beberapa orang ada yang tidak kebagian tempat strategis dalam sebuah pertemuan, dan harus puas berdiri di bagian pojok belakang, mereka ini tetap terlihat bergairah, bersorak meneriakkan yell-yell, bertepuk tangan, mengacungkan tinju serta tertawa lebar. Jelas sekali mereka sangat termotivasi di dalam lingkungan bisnisnya sendiri.

Fenomena semacam itu bisa kita temui tidak cuma di lingkungan MLM. Pada kelompok-kelompok agen asuransi pun, para pesertanya memperlihatkan gairah antusiasme serta motivasi yang sangat tinggi. Demikian juga di beberapa perusahaan multinasional.

Mungkin seyogyanyalah kita berfikir bahwa dalam sebuah komunitas kewirausahaan, motivasi merupakan sebuah kultur dasar yang harus benar-benar dibina. Tidak pelak lagi bahwa dalam berbisnis, faktor motivasi merupakan sebuah prasyarat yang sangat menentukan. Sebagaimana yang dilontarkan Ciputra, sang raja properti Indonesia, bahwa ada 3 hal penentu kesuksesan seorang usahawan, yaitu: motivasi, motivasi dan motivasi.

Mudah mengenali orang-orang yang hidupnya termotivasi. Mereka adalah orang-orang yang selalu proaktif, berani tampil (meski tidak tampan atau cantik), berani bicara (meski tidak pandai merangkai kata-kata), murah senyum serta selalu cenderung membantu orang lain.

Karena salah satu tujuan dibentuknya komunitas bisnis adalah untuk berbagi, baik berbagi informasi mau pun berbagi kesempatan, maka alangkah cantiknya jika seluruh anggota komunitas dapat “dibentuk” menjadi orang-orang yang termotivasi seperti itu. Semakin banyak perserta yang “motivated people”, akan semakin efektif pula sebuah milis kewirausahaan. Hal seperti itulah yang sekiranya kita harapkan dapat terjadi di dalam komunitas Bisnis Smart.

Jangan dilupakan, bahwa peserta datang dalam sebuah pertemuan, pasti dengan berbekal sebuah pengharapan, bahwa mereka akan mendapatkan sesuatu atau bahkan banyak hal yang berharga. Itu sebabnya mereka mau membayar, dan mengorbankan waktu serta energinya untuk bisa hadir. Mengapa tidak kita sambut pengharapan mereka dengan memberi “imbalan” secara maksimal?

Oleh sebab itu, kiranya perlu juga dipertimbangkan oleh otoritas milis, kemungkinan adanya penyelenggaraan sebuah program pelatihan untuk pembinaan motivasi. Pelatihan tersebut biasanya disebut dengan “Motivation Building Training Prorgam”, di mana di dalamnya terdapat sesi-sesi yang menyangkut proaktivitas, seperti “Self Inventory” dan “Public Speech” .

Untuk menekan biaya, kelihatannya bisa dijajaki bahwa di antara sekian banyak anggota di komunitas ini, terdapat orang-orang yang cukup kompeten untuk menjadi trainer, sedangkan untuk mekanisme pelaksanaannya, bisa dipastikan bahwa panitia Kopdar yang selama ini turun tangan, sudah cukup piawai untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan program tersebut.

Semoga saja…



Rusman Hakim
Pengamat Kewirausahaan
E-mail: rusman@gacerindo.com
Web: http://www.gacerindo.com
Blog: http://rusmanhakim.blogspot.com
Mobile: +62 21 816.144.2792

No comments: