Tuesday, July 25, 2006

ENTREPRENEURSHIP BLEND

ENTREPRENEURSHIP’S BLEND

Anda suka mendengarkan musik?

Kalau iya, tentu Anda tidak asing dengan peralatan sound system, seperti stereo set, compo, audio amplifier dan lain sebagainya. Nah, kalau Anda perhatikan, selain tombol “Volume” yang biasa kita gunakan untuk memperbesar atau memperkecil suara, di panel peralatan-peralatan tersebut biasanya ada sebuah tombol yang ditandai dengan tulisan “Balance”, bukan?

Gunanya tombol ini adalah untuk mengatur keseimbangan output antara kanal kiri dengan kanal kanan, sehingga suara yang keluar dari kedua speaker akan benar-benar bagus, seimbang dan menyatu secara harmonis.

Pada peralatan-peralatan yang lebih canggih, fungsi itu diperkuat dengan satu set tombol geser yang diberi tanda dengan tulisan “Graphic Equalizer” (GE).

Dengan mengatur posisi masing-masing tombol GE tersebut, seorang penggemar musik yang fanatik akan dimungkinkan untuk menyetel keluaran sound system nya secara lebih akurat, berdasarkan rentang frekuensi yang lebih detail. Mulai dari nada rendah (bass), nada menengah (mid-range) sampai kepada nada tinggi (treble). Dengan demikian, ia bisa menikmati alunan musik yang kualitasnya sempurna serta enak didengar.

Inti dari pembahasan di atas adalah untuk menunjukkan bahwa ternyata, selalu diperlukan keseimbangan yang pas dari berbagai unsur pendukung, bila kita ingin memperoleh sesuatu yang baik, sesuatu yang bagus atau sesuatu yang “powerfull”, dari apa pun yang kita kehendaki di dunia ini.

Demikian juga halnya di dunia kewirausahaan.

Sebelum seorang calon entrepreneur dapat memulai kiprahnya, tentunya terlebih dahulu ia harus mampu mengatasi hambatan mental berupa keberanian memulai. Masalah keberanian inilah yang pada umumnya akan menjadi masalah “pertama dan perdana” bagi seorang calon wirausahawan.

Orang-orang tertentu, akan sangat gagah berani menghadapi fase tersebut. Sehingga dengan enteng langsung berhenti dari pekerjaannya sebagai pegawai orang lain, untuk kemudian mulai menata usaha sendiri.

Di lain fihak, beberapa orang lainnya akan sangat hati-hati, bahkan terlalu hati-hati sebelum memutuskan untuk ganti profesi menjadi pengusaha. Mereka cenderung ragu untuk begitu saja meninggalkan sumber penghasilan yang selama ini menjadi penopang kehidupannya.

Maka, tidak mengherankan kalau kemudian, ada saja kita mendengar kisah-kisah tragis tentang kebangkrutan orang-orang yang “terlalu berani” terjun ke dunia usaha tanpa persiapan memadai.

Sebaliknya, lebih sering lagi kita menjumpai orang-orang yang berminat menjadi wirausahawan, tapi mengambil sikap kelewat hati-hati. Kenyataannya, mereka tidak pernah benar-benar berani merubah diri, dari seorang karyawan, menjadi seorang pengusaha sejati.

Pada kasus yang terakhir ini, orang-orang tersebut melakukan sepak terjangnya masih sebatas tanya-kanan tanya-kiri. Atau paling-paling ikut menjadi anggota beberapa perusahaan MLM, lalu “jualan” di lingkungan teman-teman sekantor.

Solusi Yang Diperlukan

Untuk mengaktualisasikan diri menjadi seorang wirausahawan, diperlukan apa yang saya sebut dengan “Entrepreneurship Blend” atau “Adonan Kewirausahaan”. Adonan ini berupa perpaduan dari berbagai jenis kualitas pribadi, yang berfungsi sebagai unsur-unsur pendukung semangat kewirausahaan seseorang.

Setidaknya, ada 3 (tiga) hal penunjang yang diperlukan bagi seseorang ketika yang bersangkutan pertama kali berniat menerjuni bidang usaha. Hal-hal itu dalam bahasa Inggris disingkat dengan BSC, terdiri dari Bravery, Smartness dan Creativity. Dalam bahasa Indonesia, disebut dengan 3K, yaitu Keberanian, Kecerdikan dan Kreativitas.

Dua hal yang pertama, Bravery dan Smartness, atau Keberanian dan Kecerdikan, cenderung merupakan 2 hal yang bertolak belakang. Ia berperan seperti tombol “balance” pada perangkat sound system. Tombol ini bila diputar ke kiri, mengakibatkan suara di kanal kiri menjadi besar, suara di kanal kanan mengecil. Begitu sebaliknya.

Keberanian dan Kecerdikan seringkali juga mengambil perilaku seperti itu. Mereka yang keberaniannya besar, cenderung tidak smart, sehingga kadang-kadang bertindak ceroboh. Contohnya, orang-orang yang disebut di bagian atas tadi. Mereka dengan enteng terjun ke dunia bisnis tanpa perhitungan, untuk kemudian kolaps.

Sementara itu, mereka yang terlalu smart, pada akhirnya kehilangan bravery sama sekali. Sehingga tidak pernah mewujudkan impiannya menjadi usahawan yang bebas merdeka.

Itu sebabnya, setiap orang yang mau menjelma dari seorang karyawan menjadi seorang usahawan, harus “menyetel” tombol Balance nya sedemikian, sehingga tingkat keberanian dan tingkat kecerdikannya harus betul-betul proporsional. Dia harus pemberani, tapi dalam waktu yang sama ia juga harus cukup hati-hati.

Jika kedua hal tersebut sudah teratasi dengan baik, maka tiba gilirannya untuk memainkan tombol Volume. Guna menjamin berputarnya roda usaha, seorang pemula perlu meningkatkan intensitas kewirausahawannya dengan mengerahkan segenap daya kreativitasnya agar dapat menghasilkan produk-produk spesifik yang berkualitas. Produk yang tidak akan mudah ditiru atau dijiplak oleh orang lain, sehingga tidak mudah pula mendatangkan persaingan tidak sehat yang dilakukan kaum pembajak dan oportunis.

Dengan tiga aspek di atas, Keberanian, Kecerdikan serta Kreativitas (3K), dapat dijamin bahwa seorang wirausahawan akan berhasil menciptakan serta menggerakkan roda usahanya di tahap-tahap awal. Sedangkan untuk kesinambungan ke depan, ia harus pula memperlengkapi diri dengan sebanyak mungkin nilai-nilai positif, seperti attitude, integritas, proaktivitas, inisiatif, keuletan, kepemimpinan dan lain sebagainya.

Sebagaimana tombol-tombol Graphic Equalizer, yang menjadikan perangkat sound system kelas atas semakin canggih, seorang wirausahawan pemula pun akan dapat menjadikan dirinya sebagai ideal entrepreneur yang profesional dan tangguh.

Semoga..


Rusman Hakim
Pengamat Kewirausahaan

E-mail: rusman@gacerindo.com
Web: http://www.gacerindo.com
Blog: http://rusmanhakim.blogspot.com
Mobile: 0816.144.2792

No comments: